Yuk, Menabung Saham!

 Yuk, Menabung Saham!

Ada satu fenomena yang menarik di masa pandemi covid 19 ini yakni meningkatnya jumlah investor di Pasar Modal Indonesia. Tercatat sampai dengan 29 Desember 2020 jumlah investor Pasar Modal Indonesia meningkat pesat hingga mencapai 6,87 juta Single Investor Identification atau naik 56 persen sejak posisi akhir 2019 lalu.

Bekerja dari rumah selama pandemi mungkin membuat banyak kalangan pekerja kantoran atau profesional muda mulai melirik pasar modal untuk mengisi waktu luang dan mencari penghasilan tambahan. Apalagi platform teknologi financial (fintech) semakin banyak dan mudah penggunaannya. Berdasarkan data KSEI Desember 2020, jumlah investor berusia 30 – 40 tahun telah mencapai lebih dari 70 persen sehingga mendominasi jumlah investor di pasar modal.

Bagi saya fenomena ini sangat menggembirakan karena saya termasuk publik figur yang sejak lama menganjurkan kalangan umum dan milenial khususnya untuk menjadi investor di pasar modal. Saya sendiri telah menjadi investor sejak tahun 2008 dan terus menabung saham hingga saat ini.

Bagi saya menabung saham itu adalah bagian dari perencanaan masa depan keuangan kita hingga masa pensiun tiba. Sebenarnya banyak pilihan investasi yang bisa kita pilih. Produk keuangan sepeti tabungan berjangka, deposito, unitlink, reksadana hingga properti bisa menjadi pilihan untuk persiapan di hari tua.

Saya pribadi lebih memilih untuk menabung saham dan reksadana dibandingkan dengan produk keuangan lainnya. Kalau kita menyimpan uang di tabungan biasa hanya memberikan keuntungan 0,25-2 persen setahun dan bagi saya itu kurang menarik dibanding saham karena uang kita akan menyusut dari tahun ke tahun tergerus inflasi.

Menabung saham jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan tabungan biasa bahkan deposito. Saat ini bunga deposito katakanlah 3,2 – 3,5 persen setahun. Dengan menabung saham di perusahaan yang sehat dan bertumbuh, angka 3,6 persen itu bisa saja kita dapatkan hanya dalam waktu satu bulan saja bahkan mungkin dalam waktu seminggu bila pasar sedang bagus tentunya.

Saya berikan contoh menabung saham Bank BCA (BBCA). Seandainya kita mulai menabung saham pada bulan Maret 2016 dengan harga pembelian Rp. 13.300 maka saat ini harga saham kita sudah meningkat pesat. Pada Maret 2021 rata-rata harga saham BBCA senilai Rp. 32.075 per lembar saham. Terlihat dalam lima tahun nilai uang kita bertumbuh lebih dari 138 persen atau kalau rata-rata pertahun sekitar 27 persen. Bandingkan dengan nilai keuntungan deposito yang hanya 3,2-3,5 persen pertahun, sungguh menarik bukan ?

Contoh penabung saham yang cukup terkenal di kalangan investor pasar modal karena kesuksesannya adalah Lo Kheng Hong (LKH). Saya akan berikan sedikit cerita kesuksesan LKH sehingga pembaca mungkin tertarik mengikuti jejak kesuksesannya. LKH berasal dari keluarga yang tidak berkecukupan pada mulanya. Namun karena kegigihannya untuk menabung di pasar modal, ia sekarang menjadi orang yang memiliki kekayaan hingga triliunan rupiah.

Salah satu cerita kesuksesan LKH adalah membeli saham PT Multi Breeder Indonesia yang kini sudah merger dengan PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA). Pada saat flu burung sedang maraknya harga saham ini anjlok akibat masyarakat takut mengkonsumsi ayam. Tapi LKH justru membeli saham ini dengan harga Rp. 250/unit waktu itu. Enam tahun kemudian LKH menjual saham ini seharga Rp. 31.500 sehingga mendapatkan capital gain sebesar 12.600 persen dan mengantongi keuntungan sebanyak Rp. 193 miliar rupiah.

Apa saja keuntungan kita dalam menabung saham bila dibandingkan dengan produk keuangan lainnya ? Pertama, dividen. Dividen adalah pembagian laba perusahaan yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Berapapun saham yang kita miliki pasti kita akan diberikan dividen yang bersifat proporsional sesuai jumlah lembar saham yang kita miliki.

Sebagai contoh untuk tahun ini, Bank BCA membagikan dividen sebesar Rp. 530 perlembar saham sedangkan Bank Mandiri sebanyak Rp.220,27 perlembar saham. Dividen ini selalu dibagikan oleh perusahaan kepada pemilik saham selama perusahaan mendapatkan keuntungan sepanjang tahun berjalan.

Kedua, Capital Gain. Capital Gain adalah kondisi dimana harga saham yang kita miliki tumbuh menjadi lebih mahal harganya. Seperti yang saya contohkan diatas tahun 2015 saham BCA yang kita beli seharga Rp. 13.300 berkembang menjadi Rp. 32.075. Selisih harga inilah yang dinamakan dengan capital gain.

Inilah yang membedakan saham dengan produk keuangan lainnya seperti tabungan biasa dan deposito dimana kita hanya mendapatkan keuntungan dari bunga setiap bulan atau tahun. Bila menabung saham selain mendapatkan pertambahan nilai saham juga ada dividen yang bisa didapatkan setiap tahun.

Namun yang perlu kita ingat menabung saham bukannya tanpa risiko tapi justru tergolong ke dalam risiko tinggi. Risiko dari menabung saham antara lain adalah kita bisa mengalami capital lost yang merupakan kebalikan dari capital gain. Capital loss adalah kerugian yang dialami investor saat harga saham jatuh dibandingkan dengan harga ketika membeli. Misalnya kita membeli saham A seharga Rp. 2.000 per lembar saham namun beberapa waktu kemudian harga saham tersebut jatuh menjadi Rp. 1.500 per saham sehingga kita mengalami kerugian Rp. 500 rupiah per lembar saham.

Risiko lain adalah kesalahan kita membeli saham yang tidak likuid sehingga kita bisa kesulitan untuk menjual saham tersebut. Kemudian risiko lain adalah emiten tersebut mengalami delisting. Delisting ini penghapusan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia. Biasanya ini karena saham tidak populer, kurang diminati investor karena kinerja perusahaan tidak bagus.

Pada intinya menabung saham adalah salah satu rencana keuangan masa depan terbaik untuk investasi. Meskipun termasuk investasi risiko tinggi namun dapat kita minimalisir dengan mempelajari seluk beluk saham dengan baik. Kita harus memperlajari aspek fundamental saham sebelum kita beli dan bagaimana prospek kedepannya perusahaan tersebut. Pastikan saham yang akan kita miliki adalah saham yang kinerja perusahaannya sangat baik dan mendapatkan keuntungan usaha yang bertumbuh dari tahun ke tahun.

Tidak selalu butuh modal banyak untuk memulai menabung di pasar modal. Dengan menyisihkan 300 ribu hingga 1 juta rupiah tiap bulan kita sudah bisa menabung saham secara rutin dan merasakan manfaatnya kelak. Bagi investor pemula baiknya hindari membeli saham “gorengan” yang naik dan turun secara cepat dalam hitungan menit bahkan detik karena tanpa keahlian yang cukup maka kita akan mengalami kerugian cukup banyak.

Sebenarnya banyak cara untuk mengembangkan uang kita di pasar modal, selain investasi jangka panjang kita juga bisa trading dengan cara scalping ataupun swing. Saya sendiri lebih menyarankan untuk investasi dalam jangka waktu 5-10 tahun di saham yang perusahaannya berkembang dengan baik dari tahu ke tahun/uptrend. Selain lebih aman bagi investasi juga tidak butuh diawasi setiap hari sehingga tidak akan mengganggu pekerjaan utama kita.

Jadi tunggu apalagi ? Selamat berinvestasi dan mendapatkan passive income dari Pasar Modal Indonesia.

Facebook Comments
Komentar Facebook