Pendidikan Adalah Kunci Segala Zaman

 Pendidikan Adalah Kunci Segala Zaman

Pada setiap kunjungan kemanapun itu, saya selalu menyempatkan bicara tentang pentingnya pendidikan bagi anak bangsa. Saya meyakini bahwa pendidikan akan sangat membawa dampak kepada kualitas manusia di suatu negara. Bila kualitas manusia semakin baik maka negarapun semakin maju.

Belajar dari sejarah perjuangan bangsa, maka pergerakan kemerdekaan Indonesia tak bisa lepas dari kaum terdidik atau intelektual. Disamping perjuangan bersenjata maka perjuangan kaum intelektual ini menempatkan porsi sendiri yang menurut saya sangat penting. Hal itu karena kesadaran akan sebuah entitas yang memiliki kesamaan nasib sehingga muncul keinginan membentuk sebuah negara yang merdeka dan berdaulat dimulai dari gerakan kaum intelektual ini.

Pada tahun 1908, sekelompok pemuda dari kalangan terpelajar mendirikan sebuah organisasi yang menjadi motor pergerakan kemerdekaan dan pembebasan dari penjajahan. Budi Utomo menjadi organisasi modern pertama di Indonesia dengan program utamanya memperbaiki kondisi dan nasib bangsa Indonesia dengan cara pendidikan dan pengajaran. Pendiri organisasi ini adalah Dr. Soetomo bersama mahasiswa Stovia. Stovia ini adalah sekolah pendidikan dokter di Batavia pada zaman kolonial Belanda.

Mengagumkan bukan ? Di zaman penjajahan sekelompok kalangan terpelajar sudah memahami dan meyakini bahwa pendidikanlah yang akan membebaskan bangsa ini dari penjajahan.

Organisasi yang didirikan oleh kaum terpelajar lainnya adalah Sarekat Islam. Sarekat Islam ini pada mulanya berasal dari sebuah organisasi dagang Islam yang didirikan oleh Samanhudi. Namun pada 1912, HOS Cokroaminoto mengubah nama organisasi Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam. Selain mengembangkan jiwa dagang dan kesejahteraan, organisasi ini juga mengembangkan pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat. Sarekat Islam kemudian menjelma menjadi organisasi yang menentang segala ketidakadilan dalam sistem kolonialisme Belanda di Indonesia.

Dr. Soetomo dan HOS Cokroaminoto adalah tokoh bangsa yang berasal dari kalangan terdidik. Sehingga kita patut meyakini bahwa gagasan mereka yang jauh melampaui zaman itu adalah dari hasil pendidikan dan pengajaran yang kemudian membuka wawasan dan pikiran.

Kita juga bisa melihat sejarah pemimpin bangsa lainnya yang turut andil dalam perjuangan kemerdekaan. Ir. Soekarno adalah pemimpin yang juga berasal dari kalangan terpelajar. Ia merupakan lulusan pendidikan modern Belanda mulai dari Europeesche Lagere School (ELS), Hogere Burger School (HBS) dan kemudian menjadi insinyur arsitek dari Technische Hoogescool te Bandoeng.

Muhammad Hatta juga merupakan produk dari pendidikan modern ketika itu. Hatta mengenyam pendidikan modern sejak umur 11 tahun di Europese Lagere School (ELS), MULO dan kemudian Prins Hendrik Handels di Jakarta pada tahun 1919. Pada 1921 Hatta melanjutkan sekolah di negeri Belanda. Di Belanda Hatta pernah menjadi ketua Perhimpunan Indonesia, sebuah pergerakan yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dari Belanda.

Agus Salim juga merupakan generasi yang beruntung mendapatkan kesempatan bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah khusus anak-anak Eropa. Kemudian Agus Salim melanjutkan ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Tan Malaka yang dijuluki sebagai Bapak Republik juga pernah bersekolah di Sekolah Raja Kweekschool di Bukittinggi sebelum kemudian melanjutkan sekolah ke Rijkskweekschool di Belanda.

Dari sejarah para pendiri bangsa ini saya meyakini dengan sangat bahwa kemajuan suatu bangsa dan negara akan selalu bermula dari gagasan yang melampaui zaman. Hal itu hanya akan bisa didapatkan melalui pendidikan dan pengajaran yang modern dan berkualitas.

Kebutuhan setiap zaman memang berbeda-beda namun pendidikan akan selalu dapat memenuhi segala tuntutan zaman. Di era teknologi komunikasi yang berjalan pesat ini muncul tokoh-tokoh muda terdidik yang menjadi pionir bagi kemajuan. Sebut saja Bill Gates pendiri Mikrosoft dan Mark Zuckerberg pendiri Facebook. Keduanya merupakan mahasiswa Harvard, sebuah universitas terkemuka dunia. Mereka telah membawa perubahan pesat bagi kemajuan teknologi software komputer dan telah mengubah cara manusia untuk membuka jendela dunia.

Lalu siapa yang tidak kenal Elon Musk ? Ia tidak hanya membuat mobil listrik Tesla namun juga membuat roket SpaceX yang menyediakan jasa untuk orang-orang yang ingin merasakan bertamasya ke luar angkasa. Bill Gates, Mark Zuckerberg dan Elon Musk adalah nama-nama yang akan tercatat dalam sejarah perdaban manusia modern sebagai tokoh yang membawa perubahan dan kemajuan dalam peradaban manusia.

Indonesia juga pernah memiliki teknokrat yang brilian yakni BJ Habibie. Habibie dikenal dunia sebagai ahli penerbangan yang cakap dan memiliki banyak penghargaan internasional. Berkat beliau Indonesia pernah memiliki pesawat terbang sendiri yang diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia yakni seri N90 dan CN 235.

Kita juga punya anak muda yang mampu memberikan lapangan kerja bagi ratusan ribu orang yakni Nadiem Makarim. Nadiem adalah lulusan Harvard Business School yang kemudian mendirikan Gojek sebuah perusahaan teknologi yang menjadi nomor satu saat ini. Kita juga punya William Tanuwijaya yang mendirikan tokopedia sebuah situs perdagangan online terbesar di Indonesia dengan valuasi melebihi 1 Milyar Dollar Amerika.

Lalu, apa yang menjadi benang merah antara tokoh perjuangan bangsa dengan tokoh muda penguasa teknologi digital saat ini ? Tidak lain dan tidak bukan adalah mereka mendapat kesempatan untuk belajar di pendidikan yang modern dan berkualitas. Oleh karena itu bila ada yang bertanya apa yang menjadi prioritas bagi saya jika saya terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia, maka saya selalu menjawab pemerataan pendidikan yang berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pendidikan kita harus ditingkatkan kualitasnya tidak hanya sekedar pencetak sarjana semata melainkan juga sarjana yang dibutuhkan oleh perkembangan dunia terutama dalam hal teknologi dan informasi. Pemerataan berarti kesempatan yang sama bagi setiap generasi muda untuk mendapatkan pendidikan hingga tingkat universitas. Tidak ada lagi yang gagal kuliah dengan alasan tidak ada biaya karena untuk generasi yang berprestasi pendidikan itu harus digratiskan.

Dengan begitu akan muncul kembali tokoh-tokoh muda yang akan melanjutkan sejarah yang telah diukir oleh pendiri bangsa kita. Merekalah nanti yang akan mengikuti jejak generasi brilian seperti Habibie, Nadiem Makarim, William Tanuwijaya hingga Elon Musk. Bagaimana caranya menuju kesana ? Kita akan bahas dalam tulisan berikutnya pekan depan.

Facebook Comments
Komentar Facebook