Bukan Sekadar Tren, Jalur Sepeda Bisa Mendukung Gaya Hidup yang Lebih Sehat dan Hemat

 Bukan Sekadar Tren, Jalur Sepeda Bisa Mendukung Gaya Hidup yang Lebih Sehat dan Hemat

Berisik, polusi udara, khawatir tertabrak mobil atau motor, dan sekarang: begal. Itu yang dirasakan para pesepeda.

Sejak pandemi Covid-19 muncul trend orang ramai-ramai bersepeda. Tren yang membuat badan sehat, pikiran rileks, dan tetap gaul. Bersepeda jadi lifestyle di era new normal.

Tapi masalah yang muncul belakangan adalah aman atau tidak bersepeda? Kawan saya mengalami kejadian buruk; saat sedang bersepeda di sebuah kawasan Jakarta, tiba-tiba ia dipepet seorang pengendara sepeda motor yang kemudian menodongkan pisau. Tak ada pilihan lain, kawan saya terpaksa menyerahkan handphone baru hadiah dari istrinya kepada si begal. Pelaku sulit diidentifikasi karena langsung kabur dan sepeda motornya tidak berplat nomor. Begal yang menyasar pesepeda belakangan marak.

Mencontoh langkah New York

Untuk melindungi warga yang menggunakan sepeda ada baiknya pemerintah kota dan daerah mencontoh New York, Amerika Serikat. Sebelum tahun 2000-an warga yang bersepeda di kota New York selalu was-was ditabrak bus, taksi, atau jatuh tersenggol pintu taksi yang tidak melihat ada sepeda yang akan melintas. Mirip seperti kita sekarang yang selalu khawatir saat mengendarai sepeda.

Pemerintah Kota New York mengambil langkah drastis: sejak 2007 sampai 2013 membangun jalur khusus sepeda dengan mengorbankan ruang parkir mobil di pinggir jalan. Proyek pertama dilakukan di 9th Avenue. Sejak itu terjadi penurunan kecelakaan sepeda hampir 50 persen, dan pada saat bersamaan penjualan barang di dalam toko-toko di jalur tersebut juga naik hampir 50 persen. Sebuah kebijakan yang pada akhirnya membuat semua pihak senang: pengendara sepeda happy, pengendara mobil happy, pengguna transportasi publik happy, dan pejalan kaki juga happy.

Setelah sukses project pertama jalur sepeda di “9th Avenue”, pemerintah New York memperluas jalur khusus sepeda sepanjang 1931 kilometer di hampir seluruh sisi jalan kota. Pemerintah kota New York sadar bahwa menambah jalan bertingkat atau terowongan bukanlah keputusan yang bijak untuk masa depan. Penambahan jalan sama dengan menambah kemacetan dan juga bertambahnya polusi udara dan polusi suara, maka merancang sebuah kota yang membuat warganya nyaman berjalan, nyaman menggunakan transportasi publik, dan nyaman bersepeda adalah investasi untuk masa depan.

Merancang dan membangun jalur khusus bersepeda ternyata tidak segampang mengecat di aspal dengan warna hijau sebagai penanda jalur sepeda dan menambahkan logo sepeda. Kesuksesan kebijakan di New York bisa dilihat dari data menurunnya kecelakaan bersepeda, polusi udara, data meningkatnya kegiatan ekonomi di sekitar jalur sepeda serta bukti yang terlihat jelas ketika perempuan, anak sekolah dan juga keluarga yang bersepeda di jalur jalur itu. Selain itu menurut data dari pemerintah New York, penambahan jalur sepeda memakan anggaran yang sangat murah.

Pertanyaannya adalah apakah kota-kota besar kita membutuhkan kebijakan seperti ini?

Ada suara yang menyebut bahwa tren sepeda di Indonesia hanya sesaat. Setelah pandemi orang akan pindah naik kendaraan bermotor lagi.

Bagi saya, ini bukan persoalan tren. Ini adalah soal visi membangun kota yang nyaman bagi semua orang di masa depan.

Setelah pandemi, kesadaran akan masalah kesehatan akan membaik, orang akan memprioritaskan gaya hidup sehat antara lain dengan sehari-hari bersepeda, yang juga merupakan gaya hidup hemat. Masyarakat akan memilih menggunakan transportasi publik, jalan kaki, atau bersepeda agar tetap sehat sekaligus murah. Dan itu semua harus didukung oleh pemerintah kota.

Jakarta sudah memulai, tapi upaya itu terlihat tidak direncanakan secara menyeluruh dan tuntas, sehingga kini jalur sepeda di ibukota diduduki oleh pengendara sepeda motor bahkan mobil.

Yang diperlukan adalah rencana yang lebih detail dan menyeluruh untuk mempersiapkan diri hijrah ke gaya hidup lebih sehat di masa depan.

Kita memerlukan rencana menyeluruh untuk menyelamatkan kota dari bencana kemacetan dan polusi, dengan anggaran murah karena tak perlu membangun ruas jalan layang atau ruas jalan baru. Di sisi lainnya kebijakan ini akan mengurangi pencemaran dan menciptakan lingkungan yang sehat. Sebuah kebijakan yang sekaligus akan mendorong gaya hidup sehat buat warga kota. Kita perlu sebuah visi, sebuah rencana untuk kota-kota kita di masa depan.

Facebook Comments
Komentar Facebook