Kerja Politik Itu Kerja Kemanusiaan

 Kerja Politik Itu Kerja Kemanusiaan

Siapa yang tidak kenal dengan Giring Ganesha, pria bernama asli H Giring Ganesha Djumaryo ini dikenal publik sebagai seniman tarik suara melalui grup band Nidji sebagai vokalis.

Pria kelahiran Jakarta 14 Juli 1983, pada 2018 ini mengeluarkan keputusan mengejutkan dengan memutuskan keluar sebagai vokalis Nidji dan masuk ke dunia politik.

Ia bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan sempat mencoba bertarung di Pileg 2019.

Tetapi, walau sempat gagal ke Senayan, karir politiknya tidak mati, bahkan semakin moncer.

Terbukti pada 2020, ia ditunjuk jadi Plt Ketua Umum PSI menggantikan Grace Natalie yang sedang menempuh studi S2 di Lee Kuan Yew School of Public Policy, National Universtity of Singapore (NUS), Singapura.

Bahkan, oleh PSI, Giring juga dicalonkan oleh partai tersebut sebagai Bakal Calon Presiden 2024.

Alasannya maju sebagai bakal calon presiden, untuk mewakili anak muda dalam menyuarakan pendapat mereka.

Ia mengaku termotivasi terjun ke dunia politik dan memberanikan diri mencalonkan diri sebagai calon presiden periode 2024, karena terinspirasi Joko Widodo.

Untuk lebih mengenal dekat sosoknya, Tribun Bali mewawancarai Giring “Nidji” Ganesha.

Berikut petikan wawancara yang dilakukan oleh Wakil Pemimpin Redaksi Tribun Bali, Dion DB Putra:

Mas Giring, PSI di Bali kami menamakan rising star, karena datang ikut pemilu langsung mendapat satu kursi di DPRD Provinsi, dan dua kursi DPRD Kota Denpasar yang merupakan jantung politik kebijakan ada PSI. Apalagi Bali kita kenal kandang banteng. Apa resep suksesnya menurut Mas Giring?

Tapi yang jelas satu hal, kita mendapatkan 3 kursi di Kota Denpasar dan Provinsi, karena tidak ada tokoh sentral.

Kita tahu di partai-partai lain ada tokoh sentral. Itu yang mau kita bangun, bahwa semua adalah tokoh di PSI.

Kita menciptakan tokoh-tokoh, bahwa di PSI itu tidak ada superman, tapi super team.

Dan setiap individu di PSI punya peran masing-masing. Jadi kita bisa saling mengisi di situ.

Saya yakin di 2024, semakin harumnya nama PSI dan semakin terlihat kerja PSI selama pandemi turun ke masyarakat.

Saya yakin banyak tokoh masyarakat Bali yang joint dengan perjuangan PSI.

Karena yang akan kita bangun bukan partai masa depan, tapi budaya politik baru.

Selain itu juga kita ada PSI Ngewarung, promosikan UMKM masyarakat, dan menunjukkan seberapa egaliter kita, seberapa humble kita. Jadi PSI Bali itu mencerminkan apa yang dicita-citakan pendiri PSI.

Jadi kita bicara politik, ya tidak tegang. Karena kerja politik kerja kemanusiaan, juga kerja yang menyenangkan.

PSI tidak ingin mencetak orang mental pejabat, tapi mental pelayan masyarakat, seperti Pak Jokowi.

Tentunya PSI menargetkan 2024 di Senayan kan. Nah sebagai ketua umum bisa bocorkan sedikit kepada Tribun Bali yang dikampanyekan PSI?

Yang jelas, Tribuners kalau memang tertarik menjadi bagian dari perbaikan bangsa, menjadi bagian dari pergerakan partai, ayo bisa datang ke PSI. Di 2022 kita akan buka pencalegan kita.

Kenapa 2022? Karena saya harus akui kita bukan seperti partai lain yang kaya secara logistik, tapi kita partai yang kaya integritas, semangat kerja untuk masyarakat.

Pencalegan di PSI ada seleksinya, dan yang pasti tanpa mahar.

Ini kan sempat ramai nama Mas Giring sebagai calon presiden dari kalangan muda, ini bagaimana menurut Mas Giring?

Untuk pencalonan 2024 tetap kita jalanin, dan tetap kita kerja keras.

Sekarang saya pribadi sudah keliling hampir 100 kabupaten/kota.

Selain untuk membesarkan PSI, juga untuk lebih dekat dengan masyarakat.

Kemarin juga sempat berdiskusi dengan Pak Jokowi, dia bilang begini ‘Ya Mas Giring saya tahu Mas Giring nggak punya uang. Kalau mau menang, ya harus kerja keras’.

Jadi ya benar, harus kerja keras, makanya saya ke Bali juga bawa keluarga saya semuanya.

Karena saya tahu sebulan ini menjadi sebulan yang produktif bagi saya.

Saya kira sampai 2024 masih cair lah, dan pasti banyak kejutan-kejutan.

Nah itu kan Pilpres, kalau Pileg sendiri bagaimana Mas Giring?

Jelas dong, penting PSI harus dikenal. Caranya, ya harus struktur kita harus bekerja untuk masyarakat. Momentum pandemi ini bukan momentum untuk sembunyi, tapi untuk lebih menunjukkan bahwa kita partai yang hadir untuk masyarakat.

Kedua, struktur harus diperkuat. Pelajaran 2019 itu kita disibukan oleh verifikasi Kumham dan KPU. Itu berat banget, apalagi kita dikasih waktu satu tahun.

Alhamdulillah hasilnya 72 anggota DPRD. Makanya kita belajar saat ini kuatkan struktur sampai ranting.

Selanjutnya, penjaringan tokoh-tokoh masyarakat, yang memiliki DNA sama dengan PSI, memperjuangkan politik bersih, politik kesejahteraan, politik kesetaraan, yuk joint PSI.

PSI juga akan terus menyuarakan hal-hal yang terpenting buat bangsa kita, walaupun kita bagian dari koalisi, kita tetap kritis, seperti waktu impor beras, waktu alutsista yang Rp 700 triliun, kita juga selalu mengkritik Pak Terawan Menkes waktu itu.

Sekarang di DKI kita bersama PDIP mengajukan interpelasi kepada Gubernur Anies.

Di Bali, Sis Grace Anastasia juga menjaga uang rakyat dengan menolak pengadaan baju seragam DPRD, di Tangerang juga Sis Meiga.

Jadi kita tidak bergerak di jaringan, juga kita bersuara.

Termasuk saat korupsi bansos kok cuma divonis 12 tahun, harusnya seumur hidup dan pembuktian harta terbalik.

Kalau bisa, dimiskinkan.

Kalau gitu, saya takut anak muda mengira hukum itu cuma pajangan dan tajam ke bawah.

Mungkin ada target konkret di Pileg 2024 yang lebih spesifik?

Pasti pencapaian nomor satu adalah Senayan.

Kedua, kursi kita di seluruh daerah di DPRD provinsi dan kabupaten/kota bisa bertambah.

Saya yakin di Bali, setiap kabupaten 1 fraksi, di provinsi juga satu fraksi.

Kemudian soal wacana tiga periode, mungkin Mas Giring punya pandangan apa? Walaupun Pak Jokowi sudah tegas menolak, tapi ini masih ramai aja.

Kayaknya feeling saya ada oknum-oknum aja nih yang main-mainin aja.

Waktu saya ketemu di Istana, Pak Jokowi juga dengan tegas menolak.

Ya ini ada yang mainin aja, nggak tahu siapa yang mainin.

Jangan lah dimainin isu ini di tengah orang yang lagi susah makan, yang lagi berjibaku dengan pandemi.

Kita balik ke yang ringan aja, kita tahu Mas Giring adalah vokalis ini Nidji, siapa yang tidak kenal, tentu sebagai seniman yang sangat dikenal, dengan kesibukan di partai apa masih sempat bermusik?

Musik sekarang paling banter bikin lagu.

Terakhir saya nyanyikan lagunya Dul Jaelani, anaknya Ahmad Dhani. Itu aja.

Karena manggung bukan karena masalah pandemi, manggung itu membutuhkan effort yang besar. Capeknya juga luar biasa.

Dan saya rasa, dengan dipercaya memimpin PSI, saya itu jangan disia-siakan, kan kita maunya menang di 2024.

Sekarang musik itu cuma menikmati.

Memang inspirasi banyak, tapi gimana ya bikin lagu butuh ketenangan.

Kadang saya lagi main piano, anak saya datang, kadang istri saya suka datang.

Jadi hal-hal tersebut yang membuat saya kalau mau buat lagu harus mengucilkan diri dan fokus, karena lagu itu kan inspirasi. Nggak bisa datang begitu aja.

Saya harus belajar sama wartawan zaman sekarang.

Manage mood dan inspirasi di tengah tekanan, itu lebih jago daripada musisi.

Tapi mungkin nanti, suatu hari kalau sudah tenang, ya mungkin bisa.

Terkadang masih komunikasi dengan teman-teman Nidji.

Mas Giring ini menurut saya tokoh yang unik karena ada adagium ‘politik itu kotor, seni yang membersihkannya’. Nah ini, sosok Mas Giring dengan jiwa seni dan kemudian masuk politik, saya ingin satu atau dua kata apa refleksinya setelah di politik, bertemu masyarakat?

Saya setuju banget dengan itu, tapi saya tidak 100 persen setuju dengan politik itu kotor.

Karena kita ngomongin politik itu kan juga seni. Politik sendiri adalah seni mendapatkan kekuasaan, tapi sebenarnya seperti yang saya sampaikan bahwa seniman harus punya empati besar, punya rasa besar, oleh karena rasa itu bisa kita bantu ke masyarakat.

Politik adalah seni untuk merebut kekuasaan, tapi kekuasaan itu dipakai untuk menyejahterakan masyarakat. Saya rasa demikian.

Sumber: Tribun-Bali.com

Facebook Comments
Komentar Facebook