Jadikan NU Sebagai Inspirasi, PSI Siap Kerja Sama untuk Kepentingan Bangsa

 Jadikan NU Sebagai Inspirasi, PSI Siap Kerja Sama untuk Kepentingan Bangsa

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menegaskan komitmen menjadi mitra Nahdlatul Ulama (NU) dalam bekerja untuk bangsa dan negara Indonesia.

Hal itu disampaikan Plt. Ketua Umum DPP PSI, Giring Ganesha, saat menjadi keynote speaker dalam diskusi virtual bertajuk “NU, Anak Muda, dan Islam Rahmatan lil Alamin” yang digelar DPP PSI untuk memperingati hari lahir ke-95 NU pada Jumat (20/1) malam. Menurut Giring, PSI bukan hanya partai anak muda, tetapi juga gerakan anak muda yang memiliki napas perjuangan yangs ejalan dengan nilai-nilai kebangsaan ala NU. Giring menambahkan, sebagai organisasi keagamaan terbesar, NU telah menginspirasi PSI untuk terus konsisten merawat kemajemukan dan memperjuangkan toleransi di Indonesia.

“Selain itu NU yang selalu mengedepankan Islam yang Rahmatan lil ‘Alamin, Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam dan semesta yang secara langsung menjadi inspirasi kami sebagai partai yang terus memperjuangkan toleransi, keberagaman, dan solidaritas antar umat beragama. NU adalah salah satu garda terdepan dalam penyemaian nilai-nilai toleransi dan persatuan Indonesia yang berdasarkan Bhinneka Tunggal Ika,” lanjut Giring.

Sementara itu, Ketua DPP PSI, Tsamara Amany, yang turut menjadi pembicara membagi pengalamannya ketika berinteraksi dengan para Kiai dan santri NU. Menurutnya, corak yang paling berkesan di dalam organisasi NU adalah keterbukaan pikiran dan progresivitas gagasan. Sehingga, NU bisa menjauhkan diri dari nuansa kekerasan dalam urusan berbangsa dan beragama. Lebih jauh, Tsamara mengatakan NU dan PSI punya banyak kesamaan pandangan dalam masalah agama dan politik, dan memungkinkan bagi keduanya untuk saling bekerja sama.

“Sejak berdiri hingga hari ini, PSI sebagai partai politik PSI tentunya ingin memperjuangkan nilai-nilai progresif, adanya kesetaraan gender, ada toleransi antar-seluruh umat beragama, kita ingin seluruh keyakinan agama itu dijamin hak-haknya,” lanjut Tsamara.

Menanggapi moderator yang mempertanyakan keterkaitan konsep Islam Rahmatan lil Alamin dengan kepentingan perempuan, Pengurus PP Fatayat NU, Kartini Laras Makmur, menekankan bahwa Islam yang Rahmatan lil Alamin itu haruslah dimaknai sebagai upaya Islam melindungi hak-hak kaum perempuan dan memosisikan perempuan setara dengan laki-laki.

“Islam Rahmatan lil Alamin adalah konsep yang di NU itu dikenal juga dengan mubadalah, bahwa perempuan dan laki-laki harus ada kesalingan. Antara laki-laki dan perempuan, harus ada kesalingan, tidak ada yang mendominasi dan tidak ada yang tersubordinasi,” ucap akademisi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia itu.

Dalam diskusi yang dimoderatori Jubir PSI Mary Silvita itu, M. Kholid Syeirazi juga ikut menyoroti paham fundamentalisme dan konservatisme Islam yang cenderung menguat belakangan ini. Menurutnya, paham-paham itu justru akan menihilkan Indonesia sebagai rumah bagi seluruh agama. Karena itu PSI sebagai partai politik harus punya konsep untuk menanamkan kepada generasi mudah, bahwa Islam tidak bertentangan dengan konsep negara-bangsa, seperti Indonesia saat ini.

Pada kesempatan yang sana, pengurus PCI NU Belanda, Ahmad Afnan Anshori, memaparkan bahwa pemikiran dan tindakan Presiden ke-4 RI, K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, tentang kemanusiaan patut dijadikan pegangan bersama. Merujuk pada ulama-ulama terdahulu yang mengajarkan bahwa berpolitik itu harus santun, bahwa yang dibangun dan paling utama adalah kemanusiaan.

 

Sumber: Tribunnews

Facebook Comments
Komentar Facebook